Sunday 17 November 2013

Misteri Hantu Parakang Sulawesi Selatan

1 comments
Source :wallsave.com


   Di berbagai wilayah di Indonesia memang banyak menyimpan berbagai macam misteri, salah satunya di Sulawesi Selatan yang konon masyarakat biasa melihat penampakan makhluk yang biasa di sebut dengan Parakang. Bagi sebagian masyarakat di sulawesi selatan ini nama Parakang bukanlah hal yang asing lagi, karena setiap daerah di sulawesi selatan kemunculan makhluk ini biasa terjadi dan meresahkan warga sekitar.

   Mahkluk ini  sebenarnya adalah seorang manusia yang bisa berubah menjadi hewan, tumbuhan, dan segala macam bentuk. Dan orang yang menjadi Parakang ini adalah bagi mereka yang pernah belajar Ilmu hitam. Namun, mengalami kegagalan dalam mempelajarinya ilmunya.

   Wujud dari makhluk ini memang cukup aneh karena dalam merubah bentuk tubuhnya tidak sempurnah, misalkan perubahan dalam bentuk binatang biasanya ada bagian yang kurang seperti tidak memiliki ekor ataupun kaki bagian belakang tampak lebih tinggi. Kemunculan hantu ini cukup membuat warga sekitar merasa resah karena mahkluk ini kerap memakan usus anak-anak dan orang yang sedang melahirkan. selain itu parakang juga dapat mengganggu orang yang sakit seperti pengalaman yang pernah di alami oleh sahabat saya Andi Aryan kusumah, beliau melihat sesosok parakang di kamar rumah sakit tempat keluarganya dirawat. Untung saja nenek dari sahabat saya itu langsung melemparkan garam ke bagian tubuh makhluk itu , karena garam ini adalah salah satu bahan yang sangat di tidak di sukai oleh parakang. selain itu parakang juga bisa di usir dengan sekali pukulan saja dan apabila memukul lebih dari sekali, maka parakang ini akan melawan.

   Maka dari itu apabila ada keluarga yang sedang sakit ataupun keluarga yang sedang melahirkan  diharapkan agar dijaga dengan baik. Karena makhluk ini bisa saja berada sekitar kita  tanpa kita sadari.

 

[read more..]

Monday 4 November 2013

Fenomena Awan

0 comments


A. Pesona Awan

   Di dalam Al-Qur'an surat Ar-Ruum ayat 48, memberikan dasar-dasar tentang Ilmu cuaca yang bergerak dan terbentang di langit dengan segala bentuk dan warna itu diatas kehendaknya. Hal tersebut bukan diciptakan dengan sia-sia. Melainkan kita supaya dapat berfikir mempelajarinya dan dapat berbuat untuk mengaja kesimbangannya, baik dari segi manfaatnya maupun bahayanya.
   Sungguh sangat menakjubkan berbagai bentuk pesona awan yang terbentuk secara alami. Ada awan yang seperti sutera (awan sirrus), lembaran-lembaran (awan altokumulus), relief (awan stratus), Kubah atau menara (awan kumulus), kembang kol (kumulonimbus) dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk awan ini sangat bergantung pada ketinggian dan kecepatan perubahan suhu diangkasa.
   Di samping bentuk, juga dapat dilihat indahnya awan berwarna-warni di langit pada pagi hari dan malam hari. Seperti warna umumnya, terdiri atas warna pelangi, Kebanyakan warna biru yang sering dijumpai di langit. Awan yang berwarna-warni itu disebabkan adanya molekul-molekul udara dan debu serta zat-zat lain di dalam lapisan atmosfer bawah yang ditembus oleh gelombang cahaya matahari.
   Secara alamiah, pesona bentuk dan warna awan di angkasa dapat menandakan keadaan cuaca diudara sebagai tanda cuaca cerah, mendung, gelap, dan bahkan bahaya sekalipun. Oleh karena itu, untuk menanggulangi bahaya di bumi akan terjadinya badai hujan lebat yang keluar dari celah-celah awan, sebelumnya perlu mangadakan suatu pengamatan atau riset dengan menggunakan alat teknologi. Baik dengan alat yang sederhana maupun dengan alat modern, sehingga resiko tanda bahaya datangnya awan jauh-jauh hari sudah dapat di persiapkan dengan matang.

B. Proses Terjadinya Awan

   Awan mengambang diudara dengan tenangnya melayang sebenarnya merupakan gas atau uap air yang telah memadat atau berubah menjadi zat cair atau zat padat yang mengkristal. Perbedaan kabut dan halimun, terletak pada tempatnya dan kepadatannya. Kabut adalah uap air atau gas yang melayang-layang diatas permukaan laut atau pulau. Adapun, butir-butir air yang berubah menjadi titik-titik hujan yang melayang-layang atau jatuh ke bumi disebut halimun.
   Susunan awan terdiri atas gas atau uap air yang memiliki kepadatan 600-1200 titik-titik air per sentimeter pada suhu 10 derajat celcius untuk tiap kenaikan 1 kilometer diatas laut. Sedangkan, jumlah air yang terdapat dalam kabut yang ringan lebih sedikit dari awan.
   Proses terbentuknya awan secara fisika, terjadi sebagian titik embun naik ke angkasa dengan cara konveksi atau gerakan vertikal seperti terlihat pada asap api unggun dimalam hari dimusim gugur. proses selanjutnya, saat dimusim panas yang membakar, sebuah kota menjadi panas oleh sinar matahari. Suhu udara di kota ini naik melampaui suhu udara di daerah- daerah sekitarnya. Udara panas naik dan udara dingin menggantikannya. Pada gilirannya, udara yang naik menjadi lebih dingin, dan akhirnya mencapai titik jenuh. Pada titik ini, uap air di udara memadat sehingga terbentuklah awan.
   Pada tahun 1803, Luke Howard (bangsa Inggris) membagi 3 jenis dasar awan, yaitu awan berserat, awan berlapis, dan awan bertumpuk. Pada tahun 1894 Komisi Cuaca International membagi bentuk awan lebih spesifik lagi menjadi 10 kelompok dalam keluarga dengan bentuk dasar sama seperti pendapat Luke Howard diatas.

Keempat keluarga dari 10 kelompok bentuk awan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sirus, Sirrohumukus dan sirrostratus (awan tinggi) termasuk awan berserat pada ketinggian  6-12 km.     Awan ini menandakan awan cerah dengan karakteristik tidak terlalu berbahaya.

2. Altoku mulus dan altostratus (awan menengah) termasuk awan berlapis yang berada pada ketinggian       2-6 km. Awan ini menandakan hujan ringan atau salju dan tidak cukup membahayakan.

3. Stratokumukus, stratus dan nimbus stratus, (awan rendah) termasuk awan berlapis tebal yang berada     pada ketinggian 0,8-2 km. Awan ini dapat menimbulkan hujan ringan, gerimis, dan salju terus menerus.
    Awan ini cukup berbahaya.

4. Kumulus dan kumulonimbus termasuk awan bergumpal-gumpal yang berada pada ketinggian 0,5 km.
    Awan ini dapat menimbulkan hujan berat kelam atau hujan batu es dengan badai disertai angin ribut. Ini
    dapat mengganggu gelombang AM pada radio dan sangat berbahaya.
[read more..]

Saturday 2 November 2013

Teori Cahaya menurut Para Ahli

0 comments


   Pendapat para ahli mengenai cahaya di awali dengan teori penglihatan. Pada zaman Yunani Kuno, Pythagoras dan democritos ber pendapat bahwa kita dapat melihat benda karena benda itu mengeluarkan butir-butir yang masuk ke dalam mata. Kemudian, ilmuan lain seperti Empedock (484-424 SM), Plato (427-347 SM), dan Euclides (300 SM) mengemukakan bahwa kita dapat melihat karena dari mata kita keluar sesuatu, kemudian menumbuk butir-butir yang dikeluarkan benda yang kita lihat. Seorang ilmuan dari Arab, Alhazan (965-1038) berpendapat bahwa kita dapat melihat karena ada cahaya yang dipantulkan oleh benda itu.
   Berasal dari pendapat-pendapat tersebut, akhirnya beberepa para ahli mengembangkan teori tentang cahaya sebagai berikut.

1. Isaac Newton (1642-1727) mengenai teori emisi
    Menyatakan bahwa cahaya terdiri dari bagian masa yang sangat kecil yang dipancarkan oleh sumber    
    cahaya ke segala arah dengan kecepatan yang sangat besar.

2. Christian Huygens (1629-1695) mengenai teori modulasi/teori gelombang.
    menyatakan bahwa Cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi/merupakan gelombang,  
    perbedaannyahanya terletak pada frekuensi dan panjang gelombangnya. Cahaya merambat dengan
    perentaraan gelombang cahaya.

3. Percobaan- percobaan Thomas Young (1778-1829) dan Agustin Fresnel (1788-1868)
    Menyatakan bahwa cahay dapat melentur dan berinterferensi. Hal ini tidak dapat diterangkan dengan teori     emisi Newton.

4. Percobaan Jean Leon Foucalt (1819-1868)
    Menyatakan bahwa kecepatan rambat cahaya dalam zat cair lebih kecil daripada kecepatan rambat
    cahaya dalam udara. Bertentangan dengan teori emisi Newton.

5. Percobaan James Clerk Maxwell (1831-1879)
    Menyatakan bahwa cepat rambat cahaya sama dengan cepat rambat gelombang elektromagnetik, dengan
    kesimpulan, bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Kesimpulan ini diperkuat oleh percobaan-
    percobaan

    a. Heinririch Rudolf Hertz (1857-1894)
        membuktikan bahwa gelombang elektrpmagnetik itu adalah gelobang transversal, sesuai denga
        kenyataan bahwa dapat menunjukkan gejala polarisasi.

    b. Pieter Zeeman (1852-1943)
        Tentang pengaruh magnet yang kuat terhadap berkas cahaya.
 
    c. Johannes Stark (1874-1957)
        Menghasilkan, bahwa medan listrik yang sangat kuat pun berpengaruh terhadap berkas cahaya.

6. Max Karl  Erust Luding Planck (1858-1947) mengenai teori kuantum cahaya.
    Menyimpulkan bahwa cahaya adalah paket-paket kecil yang disebut kwanta. Paket-paket kecil energi
    cahaya disebut photon.

7. Albert Einstein (1879-1955)
    Dengan gejala foto listrik, yakni pemancaran electron-electron suatu zat tertentu karena disinar
    menerangkan bahwa cahay memiliki sifat sebagai partikel dan gelombang electromagnetik (dualisme). Sifat     gelombang atau materi pada cahay tergantung pada cara mengamatinya.
[read more..]