Monday, 4 November 2013

Fenomena Awan



A. Pesona Awan

   Di dalam Al-Qur'an surat Ar-Ruum ayat 48, memberikan dasar-dasar tentang Ilmu cuaca yang bergerak dan terbentang di langit dengan segala bentuk dan warna itu diatas kehendaknya. Hal tersebut bukan diciptakan dengan sia-sia. Melainkan kita supaya dapat berfikir mempelajarinya dan dapat berbuat untuk mengaja kesimbangannya, baik dari segi manfaatnya maupun bahayanya.
   Sungguh sangat menakjubkan berbagai bentuk pesona awan yang terbentuk secara alami. Ada awan yang seperti sutera (awan sirrus), lembaran-lembaran (awan altokumulus), relief (awan stratus), Kubah atau menara (awan kumulus), kembang kol (kumulonimbus) dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk awan ini sangat bergantung pada ketinggian dan kecepatan perubahan suhu diangkasa.
   Di samping bentuk, juga dapat dilihat indahnya awan berwarna-warni di langit pada pagi hari dan malam hari. Seperti warna umumnya, terdiri atas warna pelangi, Kebanyakan warna biru yang sering dijumpai di langit. Awan yang berwarna-warni itu disebabkan adanya molekul-molekul udara dan debu serta zat-zat lain di dalam lapisan atmosfer bawah yang ditembus oleh gelombang cahaya matahari.
   Secara alamiah, pesona bentuk dan warna awan di angkasa dapat menandakan keadaan cuaca diudara sebagai tanda cuaca cerah, mendung, gelap, dan bahkan bahaya sekalipun. Oleh karena itu, untuk menanggulangi bahaya di bumi akan terjadinya badai hujan lebat yang keluar dari celah-celah awan, sebelumnya perlu mangadakan suatu pengamatan atau riset dengan menggunakan alat teknologi. Baik dengan alat yang sederhana maupun dengan alat modern, sehingga resiko tanda bahaya datangnya awan jauh-jauh hari sudah dapat di persiapkan dengan matang.

B. Proses Terjadinya Awan

   Awan mengambang diudara dengan tenangnya melayang sebenarnya merupakan gas atau uap air yang telah memadat atau berubah menjadi zat cair atau zat padat yang mengkristal. Perbedaan kabut dan halimun, terletak pada tempatnya dan kepadatannya. Kabut adalah uap air atau gas yang melayang-layang diatas permukaan laut atau pulau. Adapun, butir-butir air yang berubah menjadi titik-titik hujan yang melayang-layang atau jatuh ke bumi disebut halimun.
   Susunan awan terdiri atas gas atau uap air yang memiliki kepadatan 600-1200 titik-titik air per sentimeter pada suhu 10 derajat celcius untuk tiap kenaikan 1 kilometer diatas laut. Sedangkan, jumlah air yang terdapat dalam kabut yang ringan lebih sedikit dari awan.
   Proses terbentuknya awan secara fisika, terjadi sebagian titik embun naik ke angkasa dengan cara konveksi atau gerakan vertikal seperti terlihat pada asap api unggun dimalam hari dimusim gugur. proses selanjutnya, saat dimusim panas yang membakar, sebuah kota menjadi panas oleh sinar matahari. Suhu udara di kota ini naik melampaui suhu udara di daerah- daerah sekitarnya. Udara panas naik dan udara dingin menggantikannya. Pada gilirannya, udara yang naik menjadi lebih dingin, dan akhirnya mencapai titik jenuh. Pada titik ini, uap air di udara memadat sehingga terbentuklah awan.
   Pada tahun 1803, Luke Howard (bangsa Inggris) membagi 3 jenis dasar awan, yaitu awan berserat, awan berlapis, dan awan bertumpuk. Pada tahun 1894 Komisi Cuaca International membagi bentuk awan lebih spesifik lagi menjadi 10 kelompok dalam keluarga dengan bentuk dasar sama seperti pendapat Luke Howard diatas.

Keempat keluarga dari 10 kelompok bentuk awan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sirus, Sirrohumukus dan sirrostratus (awan tinggi) termasuk awan berserat pada ketinggian  6-12 km.     Awan ini menandakan awan cerah dengan karakteristik tidak terlalu berbahaya.

2. Altoku mulus dan altostratus (awan menengah) termasuk awan berlapis yang berada pada ketinggian       2-6 km. Awan ini menandakan hujan ringan atau salju dan tidak cukup membahayakan.

3. Stratokumukus, stratus dan nimbus stratus, (awan rendah) termasuk awan berlapis tebal yang berada     pada ketinggian 0,8-2 km. Awan ini dapat menimbulkan hujan ringan, gerimis, dan salju terus menerus.
    Awan ini cukup berbahaya.

4. Kumulus dan kumulonimbus termasuk awan bergumpal-gumpal yang berada pada ketinggian 0,5 km.
    Awan ini dapat menimbulkan hujan berat kelam atau hujan batu es dengan badai disertai angin ribut. Ini
    dapat mengganggu gelombang AM pada radio dan sangat berbahaya.

0 comments:

Post a Comment